Dian

DIRIMU BAGAI DIAN BERDIRI MALAM,

KEDUTAN MASA, MELARIK DIRIMU BERMACAM,

MENGUKIR MINDA BANGSA, KAU TAK PERNAH DIAM,

WAJAH DIAN YANG MAKIN KUSAM,

USIANYA LUPUT TIDAK MENGHIRAU MALAM,

LENGGOK GEMALAI MENERANGI SURAM,

KADANG2 DIAN ITU HAMPIR PADAM,

DITERJAH AMUKAN ANGIN SEDU,

KAU TETAP UTUH MEMEGANG SUMBU,

BERBEKALKAN SEBUAH LAGU,

“SELAMAT PAGI CIKGU”.

DIRIMU BAGAI DERMAGA KALBU,

DATANG DAN PERGI ITU SURATANMU

DIJENGAH MUKAMU, DIPUNGGAH ILMUMU

LALU KAU DITINGGAL SEPI,

MENANTI DAN KEMBALI MENYEPI,

AKHIRNYA DERMAGA INI LUSUH JUA,

DIMAMAH BUBUK HAYAT USIA,

NAMUN NAMAMU TETAP DIBICARA,

“DENGAN DIALAH AKU MENYUSUN KATA”

DIRIMU BAGAI DANAU MELEPAS GERAH,

RIAKMU TENANG, WALAU HATIMU GUNDAH,

BERTEMAN SEMILIR ANGIN DI SENJA MERAH,

TAK PERNAH LUAK, TAK PERNAH MENDESAH

TIBA JANJINYA, BILA KEMARAU MERUNDUNG RESAH,

TINGGALLAH SENDIRI, ITU PUN KAU PASRAH,

DENGAN BISIKAN SAYU DAN LEMAH,

“CIKGU, KAMI SEDEKAHKAN AL-FATIHAH”.